Dunia kesehatan tentu tidak asing lagi dengan istilah Hipoksia. Baru-baru ini Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo, diketahui meninggal akibat hipoksia. Apa sebenarnya hipoksia?
Menjawab pertanyaan ini, dr Lilianty Fauzi menjabarkan, hipoksia adalah kondisi kala jaringan tubuh kekurangan oksigen (O2).
Ini akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Biasanya keadaan ini banyak dialami para pendaki gunung, yang kegiatannya berhubungan dengan perpindahan dari dataran rendah ke dataran tinggi.
"Pada dasarnya semakin tinggi tempat, maka tekanan udara lingkungan tersebut akan semakin kecil. Senada dengan hal ini, tekanan oksigen (O2) akan berkurang, sehingga pernafasan yang dilakukan paru - paru akan terganggu," ungkap dokter umum Balai Pengobatan Kosasih Urip Sumoharjo ini.
Lili menjelaskan, tidak hanya paru - paru, kondisi hipoksia juga mempengaruhi kerja jantung. Dimana jantung harus bekerja keras memompa darah yang mengandung oksigen sangat sedikit ke seluruh bagian tubuh.
Adapun gejala, atau tanda - tanda hipoksia dapat diketahui. Di antaranya, keadaan sulit berkoordinasi, berbicara dan konsentrasi. Kemudian, sulit bernafas dengan pernafasan cepat atau tersengal - sengal, mengantuk, lelah berlebihan, penglihatan menurun dan lainnya. Selain itu, keluar keringat dingin, pingsan hingga dapat meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar